Minggu, 02 Maret 2014

Laporan Morfistum "Fotosintesis"


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Pada dasarnya jaringan pada tumbuhan ada 2 macam, yaitu jaringan meristem (embrional) dan jaringan permanen (dewasa). Jaringan meristem tersusun oleh sel-sel muda sehingga selalu membelah dan belum terdiferensiasi.
Jaringan permanen sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi telah terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang lebih kompleks. Diferensiasi adalah proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain. Hasil diferensiasi jaringan meristem antara lain jaringan epidermis, parenkim, kolenkim, klorenkim, klerenkim, xilem, dan floem.
1.      Jaringan meristem (embrional)
(Gambar)
Letak jaringan meristem
Meristem adalah istilah yang diambil dari kata Yunani “meristes”, yang berarti “terbelah”. Jaringan meristem disebut juga jaringan muda karena terdiri dari sel-sel yang masih muda (embrional) dan belum mengalami diferensiasiatau spesialisasi. Jadi, jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya senantiasa aktif membelah diri menambah jumlah sel tubuh. Sel-sel jaringan meristem biasanya berdinding tipis, vakuola banyak dan ukurannya kecil, mengandung banyak protoplasma, plastid belum matang, dan inti besar. Bentuk sel penyusun jaringan meristem umumnya sama ke segala arah.
Berdasarkan letaknya pada batang, jarinngan meristem dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

(Gambar)
Struktur Jaringan Meristem
a.         Apical meristem atau meristem ujung, terdapat di ujung batang dan ujung akar.
b.         Lateral meristem atau meristem samping, terdapat di kambium gabus (felogen).
c.         Intercalary meristem atau meristem antara, terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya di pangkal ruas batang.
Sementara itu, berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem dibedakan menjadi meristem primer dan meristem skunder.
a.         Meristem primer
Meristem primer adalah jaringan muda yang berasal dari sel embrional. Meristem primer merupakan kelanjutan dari kegiatan embrio atau lembaga yang terdapat pada kuncup ujung batang dan ujung akar. Hal inilah yang memungkingkan akar dan batang bertambah panjang sehingga tumbuhan dapat bertambah tinggi.
Daerah-daerah pada meristem primer memounyai tingkat perkembangan sel berbeda-beda. Meristem ujung terdapat pada ujung batang. Di dekat meristem ujung terdapat promeristem dan daerah meristematik lain. Daerah ini terdiri dari sekelompok sel yang telah mengalami diferensiasi sampai tingkat tertentu. Daerah ini terdiri dari tiga jenis jarinngan (meristem primer) sebagai berikut:
1.)      Protoderma, bagian ini merupakan asal-usul jaringan kulit (epidermis).
2.)      Prokambium, bagian ini akan membentuk jaringan ikatan pembuluh primer (xilem primer dan floem primer) dan kambium.
3.)      Meristem dasar, bagian ini akan membentuk jaringan dasar (parenkim) tumbuhan.

(Gambar)
Pertumbuhan primer pada akar
b.         Meristem skunder
Meristem sekunder terbentuk dari jaringan dewasa yang telah terhenti pertumbuhannya, tetapi menjadi embrional kembali. Kambium gabus pada batang Dicotylendoneae dan Gymnospermae terbentuk dari sel-sel korteks di bawah epidermis. Bagian ini merupakan salah satu contoh meristem sekunder.
Sel-sel kambium tumbuh dan membelah sepanjang hidup tumbuhan, sehingga batang tumbuhan tumbuh menjadi lebih besar. Jaringan kambium yang terletak antara xilem dan floem disebut meristem sekunder. Pertumbuhan sel kambium (meristem sekunder) sehingga batangnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder.
Di atas telah menyebutkan bahwa meristem adalah jaringan yang sel-selnya aktif membelah sehingga terjadi pertumbuhan pada tumbuhan, misalnya ujung batng dan ujung akar.
2.      Jaringan dewasa
Telah disebutkan bahwa jaringan dewasa merupakan jaringan yang sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem. Diferensiasi ini merupakan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain yang lebih kompleks.


Jaringan dewasa meliputi:
a.         Jaringan pelindung
Tumbuh-tumbuhan memerlukan perlindungan dari segala pengaruh luar yang merugikan pertumbuhannya, seperti kekurangan air, kerusakan mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah, kehilangan zat-zat makanan, serta perlindungan terhadap serangga penyakit dan hama. Jaringan pelindung pada tumbuhan bisa berupa jaringan jaringan epidermis dan jaringan gabus.
1.)      Epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar tumbuhan yang berasal dari jaringan protoderma dan menutupi seluruh tubuh tumbuhan. Adapun ciri-ciri jaringan epidermis sebagai berikut:
a.)    Biasanya terdiri dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan bentuk selselnya bermacam-macam.
b.)    Letak sel-selnya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antarsel (non intercellular spaces).
c.)    Sel-selnya masih hidup.
d.)   Vakuolanya yang besar terdapat di bagian tengah, berisi cairan sel berwarna (antosianin) atau dapat pula tidak berwarna.
Jaringan pada potongan melintang batang muda
Tumbuhan Dicotyledoneae

Jaringan epidermis selain berfungsi sebagai jaringan pelindung juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Selain pada batang, epidermis juga terdapat pada akar dan daun. Tentu saja mempunyai spesialisasi fungsi yang berbeda pula. Epidermis pada permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang dikenal sebagai kurtikula, misalnya pada daun nangka. Sementara itu, pada daun pisang dan daun keladi epidermisnya membentuk lapisan lilin yang kedap air. Sel-sel epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang sering disebut derivate epidermis, seperti stomata dan trikomata.
a.)    Stomata (mulut daun)
Epidermis pada daun
Stomata umumnya terdapat pada epidermis tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun. Pada epidermis, stomata berupa lubang-lubang yang masing-masing dibatasi oleh sel penutup yaitu sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahna bentuk dan fungsi. Pada dasarnya stomata berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun bagian-bagian stomata sebagai berikut:
Stomata terbuka dan stomata tertutup
(1.)        Sel penutup (guard cell)
Sel penutup sering disebut juga sel penjaga. Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris, umunya berbentuk ginjal. Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup). Kloroplas yang selalu terdapat dalam sel-sel tersebut dapat mendorong terjadiya forosintesis.
(2.)        Celah (aperture : porus)
Di antara kedua sel penutup terdapat celah(porus) yang berupalubang kecil. Sel penutup dapat mengatur menutup atau mebukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya. Bentuknya dapat bervariasi pada setiap golongan tumbuhan.
(3.)        Sel tetangga (subsidiary cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel penutup. Sel-sel tetangga dapat terdiri dari dua nuah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel-sel penutup.
(4.)        Ruang udara dalam (substomata cell)
Merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi.
Berdasarkan letak sel penutupnya, stomata dapat dibedakan menjadi dua macam, sebagai berikut:
(1.)        Stomata fanerofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun (menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan hidrofit.
(2.)        Stomata krimtofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah permukaan daun (tersembunyi), fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Contohnya pada tumbuhan xerofit.


b.)    Trikomata
Letak trikomata di lapisan epidermis
Trikomata merupakan derivate epidermis yang mebentuk struktur beragam seperti rambut sisik, rambut kelenjar, tonjolan, dan lain-lain. Trikomata terdapat pada hamper semua organ tumbuhan. Terkadang trikomata berbentuk pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan (seperti bukit-bukit kecil) pada permukaan epidermis. Trikomata seperti ini disebut papilla. Papilla merupakan alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir. Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir, tetapi hanya mengeluarkan air disebut papillae. Trikomata mempunyai fungsi sebagai berikut:
(1.)        Dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan. Misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
(2.)        Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, misalnya bulu akar.
(3.)        Sebagai pembantu penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
(4.)        Sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan luar. Misalnya rambuh-rambut penyengat (pneumatokist).
(5.)        Sebagai alat penerus rangsang yang datang dari luar. Misalnya trikomata pada daun termbikar.
(6.)        Sebagai alat sekresi.
Berdasarkan ada tidaknya fungsi skret, trikomata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
(1.)        Trikomata yang tidak menghasilkan secret (trikomata nonglandular). Beberapa macam trikomata nonglandular sebagai berikut:
(a.)    Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, cintohnya pada Lauraceae dan Moraceae.
(b.)    Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak. Contohnya pada daun durian.
(c.)    Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru.
(d.)   Rambut akar yang merupakan pemanjangan epidermis yang tegak lurus permukaan akar.
(2.)        Trikomata yang menghasilkan secret (trikomata glandular). Trikomata pada daun tembakau merupakan trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikomata glandular, yaitu sebagai berikut:
(a.)    Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan mengeluarkan larutan. Misalnya pada keluarga keladi.
(b.)    Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek, misalnya pada tumbuhan bakau.
(c.)    Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
(d.)   Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal. Misalnya pada rambutt sengat kemaduh.
2.)      Jaringan bergabus
Selain epidermis ada sejenis jaringan tertentu yang sifatnya lebih kuat dari epidermis, jaringan ini dikenal sebagai jaringan gabus (cork tissue). Biasanya jaringan ini berada di bagian tepi, meskipun tidak mutlak dan banyak terdapat pada tumbuhan yang berumur panjang. Dalam hal ini biasanya epidermis tumbuhan telah mati atau tidak aktif lagi sebelum terjadi penggabusan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaringan gabus ini menggantikan epidermis. Selain itu, juga berfungsi sebgai pembatas antara jaringan-jaringan di dalam tumbuhan. Jaringan gabus dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: eksodermis, endodermis, dan kulit gabus (peridermis).
Letak jaringan gabus
Jika epidermis hilang atau rusak, lapisan sel di bawahnya akan berubah menjadi jaringan pelindung dan bergabud yang mengandung suberin. Jaringan inilah yang dinamakan eksodermis. Endodermis adalah lapisan sel yang terdapat dalam akar yang dinding selnya bergabus. Lapisan sel ini sering dianggap sebagai lapisan sel yang paling dalam dari korteks (kulit kayu) atau lapisan sel paling luar dari silinder pusat (stele). Sementara itu, kulit gabus atau peridermis mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
a.)    Felogen (cork kambium) yaitu kambium gabus yang merupakan suatu lapisan sel meristematis.
b.)    Felem (cork) yaitu gabus sebagai produk dari felogen yang terbentuk kea rah luar.
c.)    Feloderma yaitu suatu jaringan yang dapat dikatakan hamper homogeny dengan parenkim korteks yang terbentuk ke arah dalam.

b.         Jaringan dasar (parenkim)
Jaringan parenkim atau jaringan dasar (ground tissue) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel0sel hidup dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Disebut sebagai jaringan dasar karena hamper setiap bagian tumbuhan mempunyai jaringan ini. Parenkim terdapat pada akar, batang, dan daun melingkupi jaringan lainnya, misalnya pada xilem dan floem.
Parenkim mempunyai dinding sel tipis dan jika mengalami penebalan biasanya terdiri dari selulosa yang masih lentur. Dinding selnya jarang sekali mengandung lignin, kecuali organ yang telah tua. Dinding selnya yang telah menebal biaanya mempunyai plasmodesmata yang dapat menjamin kelancaran pertukaran zat. Jaringan parenkim mempunyai sel-sel yang masih hidup. Di bagian tengah ruang selnya terdapat sentra vakuola besar berisi zat-zat makanan cadangan. Dalam protoplasma biasanya terdapat plastid baik leukoplas, kloroplas, maupun kromoplas. Terdapat ruang antarsel (intercellular spaces) yang melakukan peranan bagi pertukaran atau peredaran gas-gas. Kebanyakan sel parenkim berbentuk segi banyak (polihedra).
Selain sebagai jaringan dasar, jaringan parenkim juga berfungsi sebgai jaringan penghasil dan menyimpan cadangan makanan. Parenkim penghasil makanan adalah parenkim yang digunakan sebagai temoat fotosintesis, misalnya pada mesofil daun. Hasil-hasil fotosintesis akan disimpan dalam parenkim. Misalnya parenkim batang dan akar pada beberapa tumbuhan berfungsi untuk menyimpan pati sebagai cadangan makanan yaitu pada ubi jalar. Selain itu, epidermis juga berfungsi sebagai penyokong tubuh apabila vakuolanya berisi air, seperti pada tumbuhan lunak (bayam).
Parenkim dan kolenkim
Terdapat berbagai macam jaringan parenkim antara lain parenkim asimilasi, parenkim makanan, parenkim air, parenkim udara, dan parenkim pengangkut. Parenkim asimilasi terdiri dari sel-sel yang mengandung banyak plastid kloroplas sehingga disebut juga klorenkim, misalnya pada daun. Parenkim ini bermanfaat bagi berlangsungnya fotosintesis (sintesis karbohidrat).
Parenkim makanan mengandung plastid amiloplas yang berfingsi sebgai tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya pada akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Parenkim air digunakan sebagai jaringan penyimpanan air, di mana air ini terikat dalam vakuola dari sel-selnya secara aktif, misalnya pada battang yang bersifat succulent (gemuk) seperti pada tumbuhan kaktus.
Parenkim udara mempunyai ruang-ruang antarsel yang cukup besar dan di dalamnya terdapat udara, misalnya pada alat pengapung tumbuhan dan tangkai daun Canna sp. Sementara itu, parenkim pengangkut terdiri dari sel-sel memanjang dengan letak menurut arah pengangkutan, misalnya pada xilem dan floem.

c.         Jaringan penguat
Di dalam tubuh tumbuhan diperlukan adanya jaringan penguat untuk memperkokoh tubuh. Oleh karena itu, tumbuhan memerlukan jaringan penguat atau penunjang yang disebut juga sebagai jaringan mekanik. Jaringan mekanik ini umunya terdiri dari sel-sel berdinding tebal semu mengandung lignin dan zat-zat lainnya. Zat-zat tersebut member sifat keras pada dinding selnya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya jaringan mekanik dibagi atas kolenkim dan sklerenkim.
Jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim
1.)      Jaringan kolenkim
Jaringan ini menjadi penguat utama organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Kolenkim merupakan jaringan homogeny yang tersusun atas sel-sel kolenkim. Kolenkim umumnya terletak di bawah epidermis batang, tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkim jarang terdapat akar. Sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ tempat kolenkim itu terdapat.
Dinding sel kolenkim tidak mengandung lignin, tetapi mengandung selulosa, pectin, dan hemiselulosa. Adakalanya dalam sel kolenkim terdapat kloroplas sehingga juga berfungsi dalam fotosintesis.
Sel-sel kolenkim biasanya mengalami penebalan setempat pada dinding selnya. Berdasarkan letak dan bentuk penebalan, kolenkim dibedakan menjadikan 3 macam yaitu kolenkim angular, kolenkim lamellar, dan kolenkim lacunate. Kolenkim angular (sudut) mengalami penebalan pada bagian-bagian sudutnya. Kolenkim lamellar (papan) mengalami penebalan pada dinding-dinding sel yang tangensial saja. Sementara itu, kolenkim lacunate (lacuna) mengalami penebalan pada permukaan ruang antarsel.
2.)      Jaringan sklerenkim
Jaringan ini juga merupakan jaringan penguat, tetapi hanya terdapat pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, jaringan selerenkim terdiri dari sel-sel mati. Dinding selnya sangat tebal dan dan kuat karrena mengandung lignin (komponen utama kayu). Dinding selnya mempunyai penebalan primer dan kemudian penebalan sekunder oleh zat lignin.
Menurut bentuknya, selerenkim dibagi menjadi dua, yaitu serabut selerenkim yang berbentuk seperti benang panjang, dan sklereid (sel batu). Sklereid terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkim, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan biji.
Klerenkim berfungsi menguatkan bagian tumbuhan yang sudah dewasa. Sklerenkim juga berfungsi untuk melindungi bagian-bagian lunak yang lebih dalam seperti pada kulit biji jarak, tempurung kelapa, dan buah kenari.

d.        Jaringan pengangkut
Jaringan pengangkut berfungsi untuk mengangkut zat-zat mineral (unsur hara dan air) yang diserap oleh akar dari tanah. Selain itu, juga sebagai pengangkut zat-zat makanan hasil fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-bagian lain. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan ini dibedakan menjadi jaringan floem dan jaringan xilem.
1.)      Floem
Floem berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Floem tersusun atas sel-sel yang masih aktif atau hidup dan yang telah mati. Floem adalah suatu jaringan dewasa yang kompleks. Pelaksanaan fungsi floem didukung oleh sel-sel penyusunnya. Floem, terdiri dari beberapa sel atau unsur yaitu unsur-unsur kribral, sel pengantar, sel albumen, parenkim floem, dan serat-serat floem.
Jaringan floem Monocotyledoneae terdiri atas bulug tapis, sel
pengiring, parenkim, dan serabut floem
Unsur-unsur kribral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu sel-sel tapis dan komponen buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis mempunyai dinding melintang yang berfungsi sebagai sekat-sekat. Sekat-sekat ini mempunyai pori-pori dan berfungsi sebagai taoisan atau saringan
Sel pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup dan bersifat meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui dengan pasti. Namun, diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi sebagai pembawa hormon-hormon bagi penyembuhan luka dan menyalurkan zat-zat makanan bagi sel-sel tapis.
Sel albumen merupakan sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim pembuluh tapis. Sel-sel ini kaya akan zat putih telur.
Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terdapat di bagian pembuluh tapis (floem). Pada bagian ini terdapat sel-sel pengantar dan sel-sel albumen. Jaringnan perenkim pada floem terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Misalnya menyimpan zat-zat tepung, lemak, dan zat organic lainnya serta merupakan tempat akumulasi beberapa zat seperti tannin dan resin.
Serat-serat floem terdiri dari serat-serat sklerenkim baik dalam floem primer maupun sekunder. Dalam floem primer serat-serat itu baru terbentuk dalam alat-alat tumbuhan yang masih mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem sekunder terbentuk dari sel-sel kambium.

2.)      Xilem
Jaringan xilem merupakan jaringan dewasa yang kompleks dan tersusun dari berbagai macam sel. Pada umumnya, sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding sel yang tebal dan mengandung lignin. Dengan demikian fungsi xilem selain sebagai jaringan pengangkut air dan zat-zat mineral (hara) dari akar ke daun, juga sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri dari beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur trakeal (trakeid dan trakea), serat xilem, dan parenkim xilem.
Jaringan xylem terdiri atas trakea, trakeida,
serabut xylem, dan parenkim kayu
Trakea merupakan bagian terpenting pada xilem tumbuhan bunga (Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang berdinding tebal karena adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin sebagai bahan pengikat. Di ujung-ujung sel trakea terdapat lubang atau noktah yang disebut perforasi. Trakea hanya terdapat pada Agiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji terbuka) kecuali anggota Gnetacea (golongan belinjo).
Trakeida mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan trakea, walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeida 30 milimeter dan panjangnya beberapa millimeter. Trakeida terdapat pada semua tumbuhan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida terdapat lubang seperti saringan.
Pada batang anggota tumbuhan Dicotyledoneae, letak xilem jika dilihat dari arah luar berada pada bagian dalam sesudah kambium. Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengan dan berbentuk menjari dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae, letak xilem berdampingan dengan floem dan xilem di sebelah luar. Antara xilem dan floem tidak dibatasi oleh kambium.


1.2.            Tujuan Praktikum
1.2.1.    Tujuan Umum
1.         Mengetahui Anatomi dari seluruh bagian tumbuhan berbagai jenis tumbuhan.

1.2.2.    Tujuan Khusus
1.         Mengenal dan mengamati struktur anatomi daun (folium) suatu tumbuhan.
2.         Mengenal dan mengamati struktur anatomi batang (caulis) suatu tumbuhan.
3.         Mengenal dan mengamati struktur anatomi akar (radix) suatu tumbuhan.


BAB II
ANATOMI DAUN

2.1.     Pustaka
Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk lembaran pipih, hijau, dan berfungsi sebagai tempat pembuatan makanan bagi tumbuhan melalui proses fotosintesis. Warna hijau pada daun berasal dari kandunngan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis.
Anatomi daun:
Epidermis terbagi atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis berfungsi melindungai jaringan di bawahnya.
a.         Jaringan palisade atau jaringan tiang adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis.
b.        Jaringan spons atau jaringan bunga karang yang berongga. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.’
c.         Berkas pembuluh angkut yang terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
d.        Stomata berfungsi sebagai organ respirasi.

2.2.     Metode Praktikum
2.2.1.    Alat dan Bahan yang Digunakan
1.      Alat yang digunakan:
a.       Mikroskop;
b.      Kaca objek dan penutup;
c.       Pipet tetes;
d.      Silet;
e.       Pinset.
2.      Bahan yang digunakan:
Daun segar dari suatu tumbuhan (Rhoe Discolor), aquadest, karutan sukrosa.

2.2.2.    Prosedur Praktikum
Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: Rhoeo discolor segar
1.         Mengiris bagian daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu atau bagian belakang daun setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan Rhoeo discolor di atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.         Menutup dengan kaca penutup.
4.         Mengamati daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.
Preparat II: Rhoeo discolor yang direndam dalam larutan sukrosa
1.         Mengiris bagian daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu atau bagian belakang daun setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan Rhoeo discolor di atas kaca objek dan meneteskan larutan sukrosa di atasnya.
3.         Menutupnya dengan kaca penutup.
4.         Mengamati sel daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.


2.3.      Hasil Praktikum
2.3.1.    Gambar hasil praktikum
A.       Gambar daun irisan melintang untuk melihat adanya stomata pada daun


B.       Gambar tulang daun irisan membujur untuk melihat bentuk tulang daun






BAB III
ANATOMI BATANG

3.1.     Pustaka
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan nengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.
1.         Anatomi batang dikotil
Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam:
a.         Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
b.         Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
c.         Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan angiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
d.        Stele/silinder pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapisan terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. Ikatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem di sebelah luar. Antara xilem dan floem terdapat kambium intravaskuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan perenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intravaskuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saar air dan zat hara tersedia cukup, sedangkan pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkarang tersebut dinamakan lingkaran tahun.

2.         Anatomi batang monokotil
Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara koerteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan batang monokotil tidak  dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekumder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp.) dan pohon Nanas seberang (Agave sp).
3.2.     Metode Praktikum
3.2.1.  Alat dan Bahan yang Digunakan
1.      Alat yang digunakan:
a.       Mikroskop;
b.      Kaca objek dan penutup;
c.       Pipet tetes;
d.      Silet;
e.       Pinset.
2.      Bahan yang digunakan:
Batang dari suatu tumbuhan (bayam dan jagung), aquadest.

3.2.2.    Prosedur Praktikum
Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: batang pohon bayam (dikotil)
1.         Mengiris bagian batang pohon bayam yang masih muda setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan batang bayam tersebut di atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.         Menutup dengan kaca penutup.
4.         Mengamati batang pohon bayam di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.
Preparat II: batang pohon jagung (monokotil)
1.         Mengiris bagian batang pohon jagung yang masih setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan batang jagung tersebut di atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.         Menutupnya dengan kaca penutup.
4.         Mengamati batang pohon jagung di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.


3.3.          Hasil Praktikum
3.3.1.    Gambar hasil praktikum
A.       Gambar Batang Pohon Bayam (Dikotil) Irisan Melintang.
B.       Gambar Batang Pohon Jagung (monokotil) Irisan Melintang.





3.1.           


BAB IV
ANATOMI AKAR

4.1.     Pustaka
Akar merupakan bagian tubuh tumbuhan yang berada dalam tanah. Betuk akar sebagian besar meruncing. Terkadang, akar memiliki ujung yang berwarna cerah.
Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam:
a.         Epidermis
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral terlarut, buku akar memperluas permukaan akar.
b.         Korteks
Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.
c.         Endodermis
Merupakan bagian pemisah antara kortek dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat mengalami penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk seperti titik-titikdinamakan titik Caspary.
d.        Silinder pusat/stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar. Terdiri dari berbagai macam jaringan.
·            Persikel/perikambium
Merupakan lapisan terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan persikel ke arah luar.
·            Berkas pembuluh angkut/vasis
Terdiri atas xilem dan floem yang tersusun bergantian menurut arah jari-jari. Pada dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan kambium.
·            Empulur
Empulur paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan parenkim.
4.2.     Metode Praktikum
4.2.1.  Alat dan Bahan yang Digunakan
1.      Alat yang digunakan:
a.       Mikroskop;
b.      Kaca objek dan penutup;
c.       Pipet tetes;
d.      Silet;
e.       Pinset.
2.      Bahan yang digunakan:
Akar dari suatu tumbuhan (bayam dan jagung), aquadest.

3.2.3.    Prosedur Praktikum
Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: akar pohon batang (dikotil)
1.         Mengiris bagian akar pohon bayam yang masih muda setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan akar bayam tersebut di atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.         Menutup dengan kaca penutup.
4.         Mengamati akar pohon bayam di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.
Preparat II: akar pohon jagung (monokotil)
1.         Mengiris bagian akar pohon jagung yang masih setipis mungkin.
2.         Meletakkan irisan akar jagung tersebut di atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.         Menutupnya dengan kaca penutup.
4.         Mengamati akar pohon jagung di bawah mikroskop.
5.         Menggambar hasil pengamatan.


4.3.     Hasil Percobaan
A.   Gambar Akar Pohon Bayam (Dikotil) Irisan Melintang.


B.    Gambar Akar Pohon Jagung (Monokotil) Irisan Melintang.






BAB V
PEMBAHASAN

5.1.   Struktur Anatomi Daun
Secara umum struktur anatomi daun tumbuhan sebagai berikut:
1.         Epidermis
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kurtikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup.
Epidermis dengan stomata
Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada taun teratai), ada yang dipermukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidermis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas.
Penampang melintang stomata


2.         Mesofil (Jaringan dasar)
Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel. Pada kebanyakan daun Dicotyledoneae, mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang, mengandunga banyak kloproplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun renggang.
3.         Berkas pengangkut
Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transport dan sebagai penguat daun.
4.         Jaringan tambahan
Jaringan tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel Kristal dan kelenjar.
Terdapat perbedaan struktur anatomi daun Dicotyledoneae dengan Monocotyledoneae, sebagai berikut:
1.         Struktur daun Dicotyledoneae
Bentuk daun Dicotyledoneae  bermacam-macam , bertangkai daun, dan urat daunnya menyirip atau menjari. Daun Dicotyledoneae mempunyai stuktur sebagai berikut:
Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dicotyledoneae
2.         Struktur daun Monocotyledoneae
Daun Monocotyledoneae berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, serta urat daunnya sejajar.


Daun Monocotyledoneae mempunyai struktur sebagai berikut:
Penampang struktur dan urat daun Monocotyledoneae
5.2.   Struktur Anatomi Batang
Secara umum struktur anatomi batang tumbuhan terdiri atas tiga bagian, yaitu epidermis, korteks, dan stele.
Secara umum, struktur akar dan batang tumbuhan sama, yaitu tediri atas bagian-bagian eoidermis, koerteks, dan stele. Akan tetapi, secara anatomis struktur batang Monocotyledoneae berbeda dengan Dicotyledoneae.
1.         Strutur anatomi batang Dicotyledoneae
 
Batang Dicotyledoneae muda                                                              Batang Dicotyledoneae tua
Penampang melintang batang tanaman Dicotyledoneae
Jaringan penyusun batang Dicotyledoneae, yaitu epidermis, korteks, endodermis, empulur, kambium, floem, xilem, dan jari-jari empulur.
Suatu hal yang sangat berbeda antara struktur batang Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae, yaitu adanya jaringan kambium pada batang Dicotyledoneae. Berdasarkan letaknya, kambiium ada 2 tipe sebagai berikut:
a.          Kambium vaskuler, kambium terletak di antara berkas pengangkut dan parenkim.
b.         Kambium intravaskuler, kambium terletak di antara dua berkas pengangkut.
Khusus pada batang Dicotyledoneae terjadi pertumbuhan batang sekunder. Pertumbuhan batang/lingkaran sekunder adalah pertambahan besar batang yang disebabkan oleh pertambahan jaringan sekunder pada jaringan primer atau jaringan mula-mula. Pertumbuhan batang sekunder merupakan aktivitas kambium. Oleh karna itu, jaringan kambium sering disebut titik tumbuh sekunder.
Apabila cadangan makanan cukup banyak, misalnya pada musim penghujan, sel-sel kambium membelah membentuk sel-sel baru. Pada musim kemarau atau cadangan makanan berkurang, sel-sel kambium tidak membelah sehingga tidak ada penambahan xilem dan floem.
Aktifitas kambium menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun (annual ring) yaitu lingkaran atau lapisan yang menunjukan kambium melakukan pembelahan dan pada saat kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan melingkar berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon.
Lingkaran tahun batang
Pembentukan sel-sel baru pada kambium menyebabkan sel-sel korteks terdesak ke arah epidermis sehingga lapisan epidermis menjadi sobek-sobek. Lapisan korteks yang terdesask membentuk lapisan sel meristematik atau sel yang selalu membelah dan disebut felodrem (kambium gabus). Kambium gabus menghasilkan dua tipe sel, yaitu ke arah luar membentuk felem (jaringan gabus) dan ke arah dalam membentuk jaringan felodrem.
Jaringan gabus terdiri atas sel-sel mati yang dilapisi suberin (zat gabus) dan bersifat tidak tembus air maupun udara. Sehingga dapat berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada di dalamnya. Lapisan felodrem adalah sel-sel hidup yang terdiri atas sel-sel paremkim.
Lentisel
Adanya jaringan gabus menyebabkan udara tidak leluasa masuk kedalam jaringan sel hidup di bagian dalam. Namun, di antara jaringan gabus terdapat lenkisel, yaitu celah sebagai jalan masuk dan keluarnya udara ke sel-sel hidup di sebelah dalam jaringan gabus. Kulit kayu (bark) adalah semua jaringan yang terletak di sebelah luar lapisan kambium.


2.         Struktur anatomi batang Monocotyledoneae
                       
Batang Monocotyledoneae muda                                                    Batang Monocotyledoneae tua
Penampang melintang batang tanaman Monocotyledoneae
Secara morfologi terdapat perbedaan yang jelas antara batang tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Tumbuhan Dicotyledoneae pada umumnya mempunyai batang yang bagian bawahnya lebih besar dank e ujung semakin mengecil serta dapat mempunyai percabangan atau tidak. Sebaliknya, batang tumbuhan Monocotyledoneae umumnya mempunyai ukuran yang relative sama dari pangkal sampai ke ujung batang.

5.3.   Struktur Anatomi Akar
Secara umum struktur anatomi akar tumbuhan sebagai berikut:
Struktur akar Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae yang diamati secara melintang
1.         Epidermis terdiri dari 1 lapis sel yang tersusun rapat. Dinding sel tipis sehingga mudah ditembus air. Memiliki rambut-rambut akar yang merupakan hasil aktivitas sel dari belakang titik tumbuh. Rambut-rambut akar berfungsi memperluas bidang penyerapan.
2.         Korteks terdiri dari banyak sel dan tersusun berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan mempunyai banyak ruang antarsel untuk pertukaran gas. Jaringan-jaringan yang terdapat pada korteks antara lain parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
3.         Endodermis terletak di sebelah dalam korteks. Endodermis berupa 1 lapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Dinding selnya mengalami penebalan gabus. Deretan sel-sel endodermis dengan penebalan gabusnya dinamakan pita kapsari. Penebalan gabus ini tidak dapat ditembus oleh air, sehingga air harus masuk ke silinder pusat melalui sel endodermis yang dindingnya tidak menebal, yang disebut sel penerus air. Endodermis merupakan pemisah antara korteks dengan stele.
4.         Stele (silinder pusat) terletak di sebelah dalam endodermis. Di antara stele terdapat berkas pengangkutan.
Perbedaan struktur anatomi akar tumbuhan Dicotyledoneae dan tumbuhan Monocotyledoneae, adalah sebagai berikut:’
1.         Struktur anatomi akar tumbuhan Dicotyledoneae
Akar tumbuhan Dicotyledoneae tersusun oleh bermacam-macam jaringan dengan fungsi tertentu.
Penampang melintang akar tanaman Dicotyledoneae
Xilem dan floem pada tumbuhan Dicotyledoneae tersusun radial atau mebentuk jari-jari. Xilem berbentuk bintang di pusat dan floem mengelilingi xilem. Di antara xilem dan floem terdapat kambium. Aktivitas kambium kea rah luar membentuk unsur kulit dan ke arah dalam membentuk unsur kayu.


2.         Struktur anatomi tumbuhan Monocotyledoneae
Struktur akar tumbuhan Monocotyledoneae berbeda dengan akar tumbuhan Dicotyledoneae sebagai berikut:
a.          Epidermis, korteks, dan perisikel memiliki struktur, lokasi, dan fungsinya seperti pada akar tanaman Dicotyledoneae.
b.         Xilem dan floem, seperti pada tanaman Dicotyledoneae, tetapi letak keduanya saling berdekatan karena tidak memiliki kambium.
c.          Empulur, terletak di bagian tengah serta dikelilingi xilem dan floem yang berselang-seling.
Penampang melintang akar tanaman Monocotyledoneae


BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tentang anatomi daun pada tumbuhan Rhoe discolor, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.    Daun Rhoe Discolor
Pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x tampak bentuk epidermis dan stomata. Stomata ini lebih banyak ditemukan pada bagian bawah daun. Daun Rhoe discolor memiliki bentuk epidermis seperti segi enam tak beraturan. Sedangkan bentuk stomanya seperti ginjal dan arah membuka sel penutup sejajar dengan permukaan dalam. Menurut teori bentuk stoma seperti ini disebut tipe amaryllidaceae, yaitu berbentuk ginjal, dinding perut dan dinding punggung relatif tipis, dinding luar dan dalam menebal, dan arah membuka sel penutup sejajar dengan permukaan dalam. Berdasarkan jumlah dan letak sel tetangga stoma pada daun Rhoe discolor dikelilingi oleh empat sel tetangga yang tersusun radier. Tipe ini disebut aktinistik/radiate celled. Selain itu, terdapat pula cairan antosianin yang berwarna ungu.
Sedangkan pada tulang daun yang merupakan tumbuhan monokotil, dapat ditemukan floem, xilem, dan bunga karang.
6.2.    Batang Bayam dan Batang Jagung
A.   Batang Bayam
Batang bayam ercabang-cabang, pembuluh angkut teratur, punya jari-jari empulur, mempunyai kambium vaskular sehingga dapat membesar, dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur, ada kambium di antara xilem dan floem.

B.       Batang Jagung
Pada potongan melintang tanaman jagung terdapat jaringan epidermis, sklerenkim, parenkim, dan sistem vaskular.
Pada potongan melintang, jaringan epidermis berbentuk persegi. Sel epidermal mengandung bagian kristal yang memanjang. Di dalam setelah jaringan epidermis, terdapat jaringan sklerenkim yang tebal. Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan jaringan klorenkim. Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang melingkari batang. Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang. Bagian sistem vaskular yang terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari xilem dan floem menyebar di bagian dalam tengah pada batang. Sistem vaskular yang berada di tengah tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian periferal (pinggir). Sistem vaskular yang terletak pada bagian tengah batang tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada bagian tengah batang. Sklerenkim digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim.
Struktur umum dari bagian luar ke dalam: epidermis (pada akar muda, jika tua digantikan oleh peridermis beruba jaringan gabus),kadang dijumpai hypodermis sebagai derivate epidermis,parenkim korteks,selapis sel endodermis, stele dan berkas pembuluh.
Floem dan xylem pada monokotil terletak tersebar dan floem berada lingkaran luar dari lingkaran xylem dan perkembangan pertumbuhannya tidak berkembang hingga ke tengah-tengah lingkaran pusat akar sehingga pada lingkaran pusat dijumpai parenkim empulur.

6.3.    Akar Bayam dan Akar Jagung
A.   Akar Bayam
Epidermis pada batang bayam yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk memperluas bidang penyerapan air, dan jaringan korteks pada akar lebih tebal dari korteks pada batang. Jaringan korteks terdiri dari parenkim penyimpanan dengan rongga sel yang luas. Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan silinder kambium, stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah berselang-seling di sebelah luar lingkaran xilem, namun struktur ini tidak berkembang ke pusat akar. Pada endodermis terdapat pita kaspari yang membedakan anatomi akar dan tumbuhan.
B.       Akar jagung
Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata, ystem jaringan dasar berupa korteks dan empulur,dan jaringan pengangkut (xylem dan floem).Untuk jaringan pengangkut tersusun dalam berkas-berkas dan tersebar di seluruh permukaan batang.Di antara berkas-berkas pengangkut tersebut dikelilingi oleh jaringan parenkim. Daerah parenkim kortek banyak ditemukan variasi sel parenkim baik sebagai parenkim penimbun, sel batu ataupun parenkim kelenjar. Sel dan kelenjar minyak, sel dan ruang lendir, benda-benda ergastik banyak ditemukan di daerah kortek ini. Sel sklerenkim (serabut) dan sel sklereida (sel batu).

Pada penelitian struktur daun, akar, dan batang pada tumbuhan dikotil dan monokotil dapat saya simpulkan bahwa akar, batang, dan daun tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil mempunyai struktur yang berbeda. Selain itu tumbuhan dikotil dan monokotil mempunyai perbedaan secara fisik.
Perbedaan ciri fisik itu meliputi: bentuk akar, bentuk sumsum atau pola tulang daun, kaliptrogen atau tudung akar, jumlah keping biji/katiledon, kandungan akar dan batang, pelindung akar dan batang lembaga, pertumbuhan akar dan batang.



DAFTAR PUSTAKA

Erna Cahyaningsih, S.Si, Apt., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan. Denpasar, Akademi Farmasi Saraswati denpasar.
Anonym. Biologi 2A Untuk Kelas XI
Internet: Praktikum Stomata Kelas xi IPA. Available at www.google.int/agr, 3 – 12 – 2012.
Internet: Laporan Biologi Umum. Available at www.google.int/agr, 3– 12 – 2012.
Internet: Jaringan Epidermis. Available at www.google.int/agr, 3 – 12 – 2012.