BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya jaringan pada tumbuhan ada 2 macam, yaitu jaringan meristem
(embrional) dan jaringan permanen (dewasa). Jaringan meristem tersusun oleh
sel-sel muda sehingga selalu membelah dan belum terdiferensiasi.
Jaringan
permanen sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi telah terdiferensiasi sehingga
membentuk berbagai jaringan yang lebih kompleks. Diferensiasi adalah proses
perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain. Hasil diferensiasi
jaringan meristem antara lain jaringan epidermis, parenkim, kolenkim,
klorenkim, klerenkim, xilem, dan floem.
1.
Jaringan
meristem (embrional)
(Gambar)
Letak jaringan meristem
Meristem adalah istilah yang diambil
dari kata Yunani “meristes”, yang
berarti “terbelah”. Jaringan meristem disebut juga jaringan muda karena terdiri
dari sel-sel yang masih muda (embrional) dan belum mengalami diferensiasiatau
spesialisasi. Jadi, jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya
senantiasa aktif membelah diri menambah jumlah sel tubuh. Sel-sel jaringan
meristem biasanya berdinding tipis, vakuola banyak dan ukurannya kecil,
mengandung banyak protoplasma, plastid belum matang, dan inti besar. Bentuk sel
penyusun jaringan meristem umumnya sama ke segala arah.
Berdasarkan letaknya pada batang,
jarinngan meristem dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
(Gambar)
Struktur Jaringan Meristem
a.
Apical meristem atau meristem
ujung, terdapat di ujung batang dan ujung akar.
b.
Lateral meristem
atau
meristem samping, terdapat di kambium gabus (felogen).
c.
Intercalary
meristem atau meristem antara, terdapat di antara jaringan
dewasa, misalnya di pangkal ruas batang.
Sementara
itu, berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem dibedakan menjadi
meristem primer dan meristem skunder.
a.
Meristem primer
Meristem primer adalah jaringan muda
yang berasal dari sel embrional. Meristem primer merupakan kelanjutan dari
kegiatan embrio atau lembaga yang terdapat pada kuncup ujung batang dan ujung
akar. Hal inilah yang memungkingkan akar dan batang bertambah panjang sehingga
tumbuhan dapat bertambah tinggi.
Daerah-daerah pada meristem primer
memounyai tingkat perkembangan sel berbeda-beda. Meristem ujung terdapat pada
ujung batang. Di dekat meristem ujung terdapat promeristem dan daerah
meristematik lain. Daerah ini terdiri dari sekelompok sel yang telah mengalami
diferensiasi sampai tingkat tertentu. Daerah ini terdiri dari tiga jenis
jarinngan (meristem primer) sebagai berikut:
1.)
Protoderma, bagian ini
merupakan asal-usul jaringan kulit (epidermis).
2.) Prokambium, bagian
ini akan membentuk jaringan ikatan pembuluh primer (xilem primer dan floem
primer) dan kambium.
3.)
Meristem dasar, bagian ini akan
membentuk jaringan dasar (parenkim) tumbuhan.
(Gambar)
Pertumbuhan primer pada akar
b.
Meristem
skunder
Meristem
sekunder terbentuk dari jaringan dewasa yang telah terhenti pertumbuhannya,
tetapi menjadi embrional kembali. Kambium gabus pada batang Dicotylendoneae dan Gymnospermae terbentuk dari sel-sel korteks di bawah epidermis.
Bagian ini merupakan salah satu contoh meristem sekunder.
Sel-sel
kambium tumbuh dan membelah sepanjang hidup tumbuhan, sehingga batang tumbuhan
tumbuh menjadi lebih besar. Jaringan kambium yang terletak antara xilem dan
floem disebut meristem sekunder.
Pertumbuhan sel kambium (meristem sekunder) sehingga batangnya tidak mengalami
pertumbuhan sekunder.
Di
atas telah menyebutkan bahwa meristem adalah jaringan yang sel-selnya aktif
membelah sehingga terjadi pertumbuhan pada tumbuhan, misalnya ujung batng dan
ujung akar.
2.
Jaringan
dewasa
Telah
disebutkan bahwa jaringan dewasa merupakan jaringan yang sel-selnya sudah tidak
membelah, tetapi telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari
sel-sel hasil pembelahan meristem. Diferensiasi ini merupakan proses perubahan
jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain yang lebih kompleks.
Jaringan dewasa
meliputi:
a.
Jaringan
pelindung
Tumbuh-tumbuhan
memerlukan perlindungan dari segala pengaruh luar yang merugikan
pertumbuhannya, seperti kekurangan air, kerusakan mekanis, suhu udara yang
terlalu tinggi atau rendah, kehilangan zat-zat makanan, serta perlindungan
terhadap serangga penyakit dan hama. Jaringan pelindung pada tumbuhan bisa
berupa jaringan jaringan epidermis dan jaringan gabus.
1.)
Epidermis
Jaringan epidermis merupakan
jaringan terluar tumbuhan yang berasal dari jaringan protoderma dan menutupi
seluruh tubuh tumbuhan. Adapun ciri-ciri jaringan epidermis sebagai berikut:
a.)
Biasanya
terdiri dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan bentuk selselnya
bermacam-macam.
b.)
Letak
sel-selnya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antarsel (non intercellular spaces).
c.)
Sel-selnya
masih hidup.
d.) Vakuolanya
yang besar terdapat di bagian tengah, berisi cairan sel berwarna (antosianin) atau dapat pula tidak
berwarna.
Jaringan pada potongan melintang batang muda
Tumbuhan Dicotyledoneae
Jaringan epidermis selain berfungsi
sebagai jaringan pelindung juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Selain
pada batang, epidermis juga terdapat pada akar dan daun. Tentu saja mempunyai
spesialisasi fungsi yang berbeda pula. Epidermis pada permukaan daun dan batang
biasanya dilapisi semacam zat lemak yang dikenal sebagai kurtikula, misalnya pada daun nangka. Sementara itu, pada daun
pisang dan daun keladi epidermisnya membentuk lapisan lilin yang kedap air.
Sel-sel epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain
yang sering disebut derivate epidermis,
seperti stomata dan trikomata.
a.)
Stomata
(mulut daun)
Epidermis pada daun
Stomata umumnya terdapat pada
epidermis tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun. Pada epidermis, stomata
berupa lubang-lubang yang masing-masing dibatasi oleh sel penutup yaitu sel-sel
epidermis yang telah mengalami perubahna bentuk dan fungsi. Pada dasarnya
stomata berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun bagian-bagian stomata sebagai
berikut:
Stomata terbuka dan stomata
tertutup
(1.)
Sel
penutup (guard cell)
Sel penutup sering disebut juga sel
penjaga. Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris,
umunya berbentuk ginjal. Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup).
Kloroplas yang selalu terdapat dalam sel-sel tersebut dapat mendorong terjadiya
forosintesis.
(2.)
Celah
(aperture : porus)
Di antara kedua sel penutup
terdapat celah(porus) yang berupalubang kecil. Sel penutup dapat mengatur
menutup atau mebukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya. Bentuknya dapat
bervariasi pada setiap golongan tumbuhan.
(3.)
Sel
tetangga (subsidiary cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang
berdampingan atau yang berada di sekitar sel penutup. Sel-sel tetangga dapat
terdiri dari dua nuah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya
secara berasosiasi dengan sel-sel penutup.
(4.)
Ruang
udara dalam (substomata cell)
Merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan
berfungsi ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi.
Berdasarkan letak sel penutupnya,
stomata dapat dibedakan menjadi dua macam, sebagai berikut:
(1.)
Stomata fanerofor, yaitu stomata yang
sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun (menonjol) sehingga memudahkan
pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan hidrofit.
(2.)
Stomata krimtofor, yaitu stomata yang
sel-sel penutupnya berada jauh di bawah permukaan daun (tersembunyi), fungsinya
untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Contohnya pada tumbuhan xerofit.
b.) Trikomata
Letak trikomata di lapisan
epidermis
Trikomata
merupakan derivate epidermis yang mebentuk struktur beragam seperti rambut
sisik, rambut kelenjar, tonjolan, dan lain-lain. Trikomata terdapat pada hamper
semua organ tumbuhan. Terkadang trikomata berbentuk pendek yang tampak berupa
penonjolan-penonjolan (seperti bukit-bukit kecil) pada permukaan epidermis.
Trikomata seperti ini disebut papilla.
Papilla merupakan alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir.
Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir, tetapi hanya mengeluarkan air
disebut papillae. Trikomata mempunyai
fungsi sebagai berikut:
(1.)
Dapat memperbesar fungsi epidermis
sebagai jaringan pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan.
Misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
(2.)
Sebagai alat pengisap air dan garam-garam
tanah, misalnya bulu akar.
(3.)
Sebagai pembantu penyebaran biji dan
memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
(4.)
Sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan
luar. Misalnya rambuh-rambut penyengat (pneumatokist).
(5.)
Sebagai alat penerus rangsang yang
datang dari luar. Misalnya trikomata pada daun termbikar.
(6.)
Sebagai alat sekresi.
Berdasarkan
ada tidaknya fungsi skret, trikomata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
(1.)
Trikomata yang tidak menghasilkan secret
(trikomata nonglandular). Beberapa
macam trikomata nonglandular sebagai berikut:
(a.) Rambut
bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, cintohnya pada Lauraceae dan Moraceae.
(b.) Rambut
sisik yang memipih dan bersel banyak. Contohnya pada daun durian.
(c.) Rambut
bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru.
(d.) Rambut
akar yang merupakan pemanjangan epidermis yang tegak lurus permukaan akar.
(2.)
Trikomata yang menghasilkan secret (trikomata glandular). Trikomata pada
daun tembakau merupakan trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai
dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada tumbuhan sering dijumpai
berbagai macam trikomata glandular, yaitu sebagai berikut:
(a.) Trikomata
hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan mengeluarkan
larutan. Misalnya pada keluarga keladi.
(b.) Kelenjar
garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek,
misalnya pada tumbuhan bakau.
(c.) Kelenjar
madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu
mengeluarkan madu ke permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
(d.) Rambut
gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing.
Isi sel menyebabkan rasa gatal. Misalnya pada rambutt sengat kemaduh.
2.) Jaringan
bergabus
Selain epidermis
ada sejenis jaringan tertentu yang sifatnya lebih kuat dari epidermis, jaringan
ini dikenal sebagai jaringan gabus (cork
tissue). Biasanya jaringan ini berada di bagian tepi, meskipun tidak mutlak
dan banyak terdapat pada tumbuhan yang berumur panjang. Dalam hal ini biasanya
epidermis tumbuhan telah mati atau tidak aktif lagi sebelum terjadi penggabusan
itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaringan gabus ini menggantikan
epidermis. Selain itu, juga berfungsi sebgai pembatas antara jaringan-jaringan
di dalam tumbuhan. Jaringan gabus dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: eksodermis, endodermis, dan kulit gabus (peridermis).
Letak jaringan gabus
Jika
epidermis hilang atau rusak, lapisan sel di bawahnya akan berubah menjadi
jaringan pelindung dan bergabud yang mengandung suberin. Jaringan inilah yang
dinamakan eksodermis. Endodermis adalah lapisan sel yang terdapat dalam akar
yang dinding selnya bergabus. Lapisan sel ini sering dianggap sebagai lapisan
sel yang paling dalam dari korteks (kulit kayu) atau lapisan sel paling luar
dari silinder pusat (stele). Sementara itu, kulit gabus atau peridermis
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
a.) Felogen (cork kambium)
yaitu kambium gabus yang merupakan suatu lapisan sel meristematis.
b.) Felem (cork)
yaitu gabus sebagai produk dari felogen yang terbentuk kea rah luar.
c.) Feloderma
yaitu suatu jaringan yang dapat dikatakan hamper homogeny dengan parenkim
korteks yang terbentuk ke arah dalam.
b.
Jaringan dasar (parenkim)
Jaringan
parenkim atau jaringan dasar (ground
tissue) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel0sel hidup dengan
struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala
kegiatan proses fisiologis. Disebut sebagai jaringan dasar karena hamper setiap
bagian tumbuhan mempunyai jaringan ini. Parenkim terdapat pada akar, batang,
dan daun melingkupi jaringan lainnya, misalnya pada xilem dan floem.
Parenkim
mempunyai dinding sel tipis dan jika mengalami penebalan biasanya terdiri dari
selulosa yang masih lentur. Dinding selnya jarang sekali mengandung lignin,
kecuali organ yang telah tua. Dinding selnya yang telah menebal biaanya
mempunyai plasmodesmata yang dapat menjamin kelancaran pertukaran zat. Jaringan
parenkim mempunyai sel-sel yang masih hidup. Di bagian tengah ruang selnya terdapat
sentra vakuola besar berisi zat-zat makanan cadangan. Dalam protoplasma
biasanya terdapat plastid baik leukoplas, kloroplas, maupun kromoplas. Terdapat
ruang antarsel (intercellular spaces)
yang melakukan peranan bagi pertukaran atau peredaran gas-gas. Kebanyakan sel
parenkim berbentuk segi banyak (polihedra).
Selain sebagai
jaringan dasar, jaringan parenkim juga berfungsi sebgai jaringan penghasil dan
menyimpan cadangan makanan. Parenkim penghasil makanan adalah parenkim yang
digunakan sebagai temoat fotosintesis, misalnya pada mesofil daun. Hasil-hasil
fotosintesis akan disimpan dalam parenkim. Misalnya parenkim batang dan akar
pada beberapa tumbuhan berfungsi untuk menyimpan pati sebagai cadangan makanan
yaitu pada ubi jalar. Selain itu, epidermis juga berfungsi sebagai penyokong
tubuh apabila vakuolanya berisi air, seperti pada tumbuhan lunak (bayam).
Parenkim dan kolenkim
Terdapat
berbagai macam jaringan parenkim antara lain parenkim asimilasi, parenkim
makanan, parenkim air, parenkim udara, dan parenkim pengangkut. Parenkim
asimilasi terdiri dari sel-sel yang mengandung banyak plastid kloroplas
sehingga disebut juga klorenkim,
misalnya pada daun. Parenkim ini bermanfaat bagi berlangsungnya fotosintesis
(sintesis karbohidrat).
Parenkim makanan
mengandung plastid amiloplas yang berfingsi sebgai tempat penyimpanan makanan
cadangan, misalnya pada akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Parenkim air
digunakan sebagai jaringan penyimpanan air, di mana air ini terikat dalam
vakuola dari sel-selnya secara aktif, misalnya pada battang yang bersifat succulent (gemuk) seperti pada tumbuhan
kaktus.
Parenkim udara
mempunyai ruang-ruang antarsel yang cukup besar dan di dalamnya terdapat udara,
misalnya pada alat pengapung tumbuhan dan tangkai daun Canna sp. Sementara itu, parenkim pengangkut terdiri dari sel-sel
memanjang dengan letak menurut arah pengangkutan, misalnya pada xilem dan
floem.
c.
Jaringan penguat
Di dalam tubuh
tumbuhan diperlukan adanya jaringan penguat untuk memperkokoh tubuh. Oleh
karena itu, tumbuhan memerlukan jaringan penguat atau penunjang yang disebut
juga sebagai jaringan mekanik. Jaringan mekanik ini umunya terdiri dari sel-sel
berdinding tebal semu mengandung lignin dan zat-zat lainnya. Zat-zat tersebut
member sifat keras pada dinding selnya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya
jaringan mekanik dibagi atas kolenkim dan sklerenkim.
Jaringan kolenkim dan jaringan
sklerenkim
1.) Jaringan
kolenkim
Jaringan
ini menjadi penguat utama organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan
pertumbuhan dan perkembangan. Kolenkim merupakan jaringan homogeny yang
tersusun atas sel-sel kolenkim. Kolenkim umumnya terletak di bawah epidermis
batang, tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkim jarang
terdapat akar. Sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ
tempat kolenkim itu terdapat.
Dinding
sel kolenkim tidak mengandung lignin, tetapi mengandung selulosa, pectin, dan
hemiselulosa. Adakalanya dalam sel kolenkim terdapat kloroplas sehingga juga
berfungsi dalam fotosintesis.
Sel-sel
kolenkim biasanya mengalami penebalan setempat pada dinding selnya. Berdasarkan
letak dan bentuk penebalan, kolenkim dibedakan menjadikan 3 macam yaitu kolenkim
angular, kolenkim lamellar, dan kolenkim lacunate. Kolenkim angular (sudut)
mengalami penebalan pada bagian-bagian sudutnya. Kolenkim lamellar (papan) mengalami
penebalan pada dinding-dinding sel yang tangensial saja. Sementara itu,
kolenkim lacunate (lacuna) mengalami penebalan pada permukaan ruang antarsel.
2.) Jaringan
sklerenkim
Jaringan
ini juga merupakan jaringan penguat, tetapi hanya terdapat pada organ tumbuhan
yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, jaringan selerenkim
terdiri dari sel-sel mati. Dinding selnya sangat tebal dan dan kuat karrena
mengandung lignin (komponen utama kayu). Dinding selnya mempunyai penebalan
primer dan kemudian penebalan sekunder oleh zat lignin.
Menurut
bentuknya, selerenkim dibagi menjadi dua, yaitu serabut selerenkim yang
berbentuk seperti benang panjang, dan sklereid (sel batu). Sklereid terdapat
pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkim, korteks batang, tangkai
daun, akar, buah, dan biji.
Klerenkim
berfungsi menguatkan bagian tumbuhan yang sudah dewasa. Sklerenkim juga
berfungsi untuk melindungi bagian-bagian lunak yang lebih dalam seperti pada
kulit biji jarak, tempurung kelapa, dan buah kenari.
d.
Jaringan
pengangkut
Jaringan
pengangkut berfungsi untuk mengangkut zat-zat mineral (unsur hara dan air) yang
diserap oleh akar dari tanah. Selain itu, juga sebagai pengangkut zat-zat
makanan hasil fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-bagian lain. Berdasarkan
bentuk dan sifatnya, jaringan ini dibedakan menjadi jaringan floem dan jaringan
xilem.
1.) Floem
Floem berfungsi
mengangkut dan mengedarkan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan. Floem tersusun atas sel-sel yang masih aktif atau
hidup dan yang telah mati. Floem adalah suatu jaringan dewasa yang kompleks.
Pelaksanaan fungsi floem didukung oleh sel-sel penyusunnya. Floem, terdiri dari
beberapa sel atau unsur yaitu unsur-unsur kribral, sel pengantar, sel albumen,
parenkim floem, dan serat-serat floem.
Jaringan floem Monocotyledoneae terdiri atas bulug tapis, sel
pengiring, parenkim, dan serabut
floem
Unsur-unsur
kribral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu sel-sel tapis dan komponen
buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis mempunyai dinding melintang yang
berfungsi sebagai sekat-sekat. Sekat-sekat ini mempunyai pori-pori dan
berfungsi sebagai taoisan atau saringan
Sel
pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup dan bersifat
meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui dengan pasti. Namun,
diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi sebagai pembawa hormon-hormon bagi
penyembuhan luka dan menyalurkan zat-zat makanan bagi sel-sel tapis.
Sel
albumen merupakan sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim pembuluh tapis.
Sel-sel ini kaya akan zat putih telur.
Parenkim
floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terdapat di bagian pembuluh tapis
(floem). Pada bagian ini terdapat sel-sel pengantar dan sel-sel albumen.
Jaringnan perenkim pada floem terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Misalnya menyimpan zat-zat tepung, lemak,
dan zat organic lainnya serta merupakan tempat akumulasi beberapa zat seperti
tannin dan resin.
Serat-serat
floem terdiri dari serat-serat sklerenkim baik dalam floem primer maupun
sekunder. Dalam floem primer serat-serat itu baru terbentuk dalam alat-alat
tumbuhan yang masih mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem
sekunder terbentuk dari sel-sel kambium.
2.) Xilem
Jaringan xilem
merupakan jaringan dewasa yang kompleks dan tersusun dari berbagai macam sel.
Pada umumnya, sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding sel yang tebal
dan mengandung lignin. Dengan demikian fungsi xilem selain sebagai jaringan
pengangkut air dan zat-zat mineral (hara) dari akar ke daun, juga sebagai
jaringan penguat. Xilem terdiri dari beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur
trakeal (trakeid dan trakea), serat xilem, dan parenkim xilem.
Jaringan xylem terdiri atas trakea,
trakeida,
serabut xylem, dan parenkim kayu
Trakea
merupakan bagian terpenting pada xilem tumbuhan bunga (Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang berdinding
tebal karena adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin sebagai
bahan pengikat. Di ujung-ujung sel trakea terdapat lubang atau noktah yang
disebut perforasi. Trakea hanya terdapat pada Agiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji terbuka)
kecuali anggota Gnetacea (golongan
belinjo).
Trakeida
mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan trakea, walaupun dinding selnya juga
tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeida 30 milimeter dan panjangnya
beberapa millimeter. Trakeida terdapat pada semua tumbuhan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida terdapat
lubang seperti saringan.
Pada batang
anggota tumbuhan Dicotyledoneae,
letak xilem jika dilihat dari arah luar berada pada bagian dalam sesudah kambium.
Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengan dan berbentuk menjari
dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae,
letak xilem berdampingan dengan floem dan xilem di sebelah luar. Antara xilem
dan floem tidak dibatasi oleh kambium.
1.2.
Tujuan
Praktikum
1.2.1. Tujuan
Umum
1.
Mengetahui Anatomi dari seluruh bagian
tumbuhan berbagai jenis tumbuhan.
1.2.2. Tujuan
Khusus
1.
Mengenal dan mengamati struktur anatomi
daun (folium) suatu tumbuhan.
2.
Mengenal dan mengamati struktur anatomi
batang (caulis) suatu tumbuhan.
3.
Mengenal dan mengamati struktur anatomi
akar (radix) suatu tumbuhan.
BAB II
ANATOMI DAUN
2.1. Pustaka
Daun
merupakan bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk lembaran pipih, hijau, dan
berfungsi sebagai tempat pembuatan makanan bagi tumbuhan melalui proses
fotosintesis. Warna hijau pada daun berasal dari kandunngan klorofil pada daun.
Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang
cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis.
Anatomi daun:
Epidermis
terbagi atas epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis berfungsi
melindungai jaringan di bawahnya.
a.
Jaringan palisade atau jaringan tiang
adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis.
b.
Jaringan spons atau jaringan bunga
karang yang berongga. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan.’
c.
Berkas pembuluh angkut yang terdiri dari
xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk
mengangkut air dan garam-garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun
(untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk
mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan.
d.
Stomata berfungsi sebagai organ
respirasi.
2.2. Metode Praktikum
2.2.1.
Alat
dan Bahan yang Digunakan
1. Alat
yang digunakan:
a.
Mikroskop;
b.
Kaca objek dan penutup;
c.
Pipet tetes;
d.
Silet;
e.
Pinset.
2. Bahan
yang digunakan:
Daun segar dari suatu tumbuhan (Rhoe
Discolor), aquadest, karutan sukrosa.
2.2.2.
Prosedur
Praktikum
Mahasiswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: Rhoeo discolor segar
1.
Mengiris
bagian daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu atau bagian belakang daun
setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan Rhoeo discolor di atas kaca objek dan meneteskan air di
atasnya.
3.
Menutup
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
Preparat II: Rhoeo discolor yang direndam dalam
larutan sukrosa
1.
Mengiris
bagian daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu atau bagian belakang daun
setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan Rhoeo discolor di atas kaca objek dan meneteskan larutan
sukrosa di atasnya.
3.
Menutupnya
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
sel daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
2.3. Hasil Praktikum
2.3.1.
Gambar
hasil praktikum
A.
Gambar
daun irisan melintang untuk melihat adanya stomata pada daun
B.
Gambar
tulang daun irisan membujur untuk melihat bentuk tulang daun
BAB III
ANATOMI BATANG
3.1. Pustaka
Batang merupakan bagian dari tumbuhan
yang amat penting, dan nengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan,
batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Terdapat perbedaan antara
batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.
1.
Anatomi
batang dikotil
Pada batang dikotil
terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam:
a.
Epidermis
Terdiri
atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi
epidermis untuk melindungi pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan
oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
b.
Korteks
Korteks
batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel yang dekat
dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam
tersusun atas jaringan parenkim.
c.
Endodermis
Endodermis
batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan
pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan angiospermae
mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
d.
Stele/silinder pusat
Merupakan
lapisan terdalam dari batang. Lapisan terluar dari stele disebut perisikel atau
perikambium. Ikatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem
dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem di sebelah
luar. Antara xilem dan floem terdapat kambium intravaskuler, pada perkembangan
selanjutnya jaringan perenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut
juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intravaskuler. Keduanya
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada tumbuhan dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun,
pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada
saar air dan zat hara tersedia cukup, sedangkan pada musim kering tidak terjadi
pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis,
setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis
lingkarang tersebut dinamakan lingkaran
tahun.
2.
Anatomi batang
monokotil
Pada
batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara koerteks
dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh
yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan
floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan
batang monokotil tidak dapat tumbuh
membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder.
Meskipun demikian, ada monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekumder,
misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp.)
dan pohon Nanas seberang (Agave sp).
3.2. Metode
Praktikum
3.2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat
yang digunakan:
a. Mikroskop;
b. Kaca
objek dan penutup;
c. Pipet
tetes;
d. Silet;
e. Pinset.
2. Bahan
yang digunakan:
Batang dari suatu
tumbuhan (bayam dan jagung), aquadest.
3.2.2.
Prosedur
Praktikum
Mahasiswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: batang pohon bayam (dikotil)
1.
Mengiris
bagian batang pohon bayam yang masih muda setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan batang bayam tersebut di
atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.
Menutup
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
batang pohon bayam di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
Preparat II: batang pohon jagung (monokotil)
1.
Mengiris
bagian batang pohon jagung yang masih setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan batang jagung tersebut di
atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.
Menutupnya
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
batang pohon jagung di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
3.3.
Hasil
Praktikum
3.3.1. Gambar hasil praktikum
A.
Gambar
Batang Pohon Bayam (Dikotil) Irisan Melintang.
B.
Gambar
Batang Pohon Jagung (monokotil) Irisan Melintang.
3.1.
BAB IV
ANATOMI AKAR
4.1. Pustaka
Akar
merupakan bagian tubuh tumbuhan yang berada dalam tanah. Betuk akar sebagian
besar meruncing. Terkadang, akar memiliki ujung yang berwarna cerah.
Pada
akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari
luar ke dalam:
a.
Epidermis
Susunan
sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air.
Bulu akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air
dan garam-garam mineral terlarut, buku akar memperluas permukaan akar.
b.
Korteks
Letaknya
langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak
memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.
c.
Endodermis
Merupakan
bagian pemisah antara kortek dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat
mengalami penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk seperti
titik-titikdinamakan titik Caspary.
d.
Silinder pusat/stele
Silinder
pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar. Terdiri dari berbagai macam
jaringan.
·
Persikel/perikambium
Merupakan lapisan
terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan persikel ke arah
luar.
·
Berkas pembuluh angkut/vasis
Terdiri atas xilem dan
floem yang tersusun bergantian menurut arah jari-jari. Pada dikotil di antara xilem
dan floem terdapat jaringan kambium.
·
Empulur
Empulur paling dalam atau di antara
berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan parenkim.
4.2. Metode Praktikum
4.2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat
yang digunakan:
a. Mikroskop;
b. Kaca
objek dan penutup;
c. Pipet
tetes;
d. Silet;
e. Pinset.
2. Bahan
yang digunakan:
Akar dari suatu
tumbuhan (bayam dan jagung), aquadest.
3.2.3.
Prosedur
Praktikum
Mahasiswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan yang sama:
Preparat I: akar pohon batang (dikotil)
1.
Mengiris
bagian akar pohon bayam yang masih muda setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan akar bayam tersebut di
atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.
Menutup
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
akar pohon bayam di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
Preparat II: akar pohon jagung (monokotil)
1.
Mengiris
bagian akar pohon jagung yang masih setipis mungkin.
2.
Meletakkan
irisan akar jagung tersebut di
atas kaca objek dan meneteskan air di atasnya.
3.
Menutupnya
dengan kaca penutup.
4.
Mengamati
akar pohon jagung di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
4.3. Hasil Percobaan
A. Gambar Akar Pohon Bayam (Dikotil) Irisan
Melintang.
B. Gambar Akar Pohon Jagung (Monokotil) Irisan
Melintang.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Struktur
Anatomi Daun
Secara
umum struktur anatomi daun tumbuhan sebagai berikut:
1.
Epidermis
Epidermis berupa satu lapis sel
yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kurtikula) atau kadang dari
lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel
penutup.
Epidermis dengan stomata
Stomata ada yang terletak di
permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada taun
teratai), ada yang dipermukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua
permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus
mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang
terdapat di antara epidermis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas.
Penampang melintang stomata
2.
Mesofil (Jaringan dasar)
Mesofil
terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel.
Pada kebanyakan daun Dicotyledoneae,
mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim
spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang,
mengandunga banyak kloproplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya
tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun
renggang.
3.
Berkas pengangkut
Berkas
pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transport dan
sebagai penguat daun.
4.
Jaringan tambahan
Jaringan
tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun,
misalnya sel-sel Kristal dan kelenjar.
Terdapat
perbedaan struktur anatomi daun Dicotyledoneae
dengan Monocotyledoneae, sebagai
berikut:
1.
Struktur daun Dicotyledoneae
Bentuk daun Dicotyledoneae bermacam-macam , bertangkai daun, dan urat
daunnya menyirip atau menjari. Daun Dicotyledoneae
mempunyai stuktur sebagai berikut:
Struktur jaringan daun dan urat
daun tumbuhan Dicotyledoneae
2.
Struktur daun Monocotyledoneae
Daun Monocotyledoneae berbentuk seperti pita
dan pada pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, serta urat
daunnya sejajar.
Daun
Monocotyledoneae mempunyai struktur
sebagai berikut:
Penampang struktur dan urat daun Monocotyledoneae
5.2. Struktur Anatomi Batang
Secara
umum struktur anatomi batang tumbuhan terdiri atas tiga bagian, yaitu
epidermis, korteks, dan stele.
Secara
umum, struktur akar dan batang tumbuhan sama, yaitu tediri atas bagian-bagian
eoidermis, koerteks, dan stele. Akan tetapi, secara anatomis struktur batang Monocotyledoneae berbeda dengan Dicotyledoneae.
1.
Strutur anatomi batang Dicotyledoneae
Batang Dicotyledoneae
muda Batang
Dicotyledoneae tua
Penampang
melintang batang tanaman Dicotyledoneae
Jaringan
penyusun batang Dicotyledoneae, yaitu
epidermis, korteks, endodermis, empulur, kambium, floem, xilem, dan jari-jari
empulur.
Suatu
hal yang sangat berbeda antara struktur batang Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae,
yaitu adanya jaringan kambium pada batang Dicotyledoneae.
Berdasarkan letaknya, kambiium ada 2 tipe sebagai berikut:
a.
Kambium
vaskuler, kambium terletak di antara berkas pengangkut dan
parenkim.
b.
Kambium
intravaskuler, kambium terletak di antara dua berkas
pengangkut.
Khusus pada batang Dicotyledoneae terjadi pertumbuhan batang sekunder. Pertumbuhan batang/lingkaran
sekunder adalah pertambahan besar batang yang disebabkan oleh pertambahan
jaringan sekunder pada jaringan primer atau jaringan mula-mula. Pertumbuhan
batang sekunder merupakan aktivitas kambium. Oleh karna itu, jaringan kambium
sering disebut titik tumbuh sekunder.
Apabila cadangan makanan cukup banyak,
misalnya pada musim penghujan, sel-sel kambium membelah membentuk sel-sel baru.
Pada musim kemarau atau cadangan makanan berkurang, sel-sel kambium tidak
membelah sehingga tidak ada penambahan xilem dan floem.
Aktifitas kambium menyebabkan
terbentuknya lingkaran tahun (annual ring)
yaitu lingkaran atau lapisan yang menunjukan kambium melakukan pembelahan dan
pada saat kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan
melingkar berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur
pohon.
Lingkaran tahun batang
Pembentukan sel-sel baru pada kambium
menyebabkan sel-sel korteks terdesak ke arah epidermis sehingga lapisan
epidermis menjadi sobek-sobek. Lapisan korteks yang terdesask membentuk lapisan
sel meristematik atau sel yang selalu membelah dan disebut felodrem (kambium gabus). Kambium gabus menghasilkan dua tipe sel,
yaitu ke arah luar membentuk felem (jaringan
gabus) dan ke arah dalam membentuk jaringan felodrem.
Jaringan gabus terdiri atas sel-sel mati
yang dilapisi suberin (zat gabus) dan bersifat tidak tembus air maupun udara. Sehingga
dapat berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada di dalamnya. Lapisan felodrem
adalah sel-sel hidup yang terdiri atas sel-sel paremkim.
Lentisel
Adanya jaringan gabus menyebabkan udara
tidak leluasa masuk kedalam jaringan sel hidup di bagian dalam. Namun, di antara
jaringan gabus terdapat lenkisel, yaitu celah sebagai jalan masuk dan keluarnya
udara ke sel-sel hidup di sebelah dalam jaringan gabus. Kulit kayu (bark) adalah semua jaringan yang
terletak di sebelah luar lapisan kambium.
2.
Struktur anatomi batang Monocotyledoneae
Batang Monocotyledoneae
muda Batang
Monocotyledoneae tua
Penampang
melintang batang tanaman Monocotyledoneae
Secara
morfologi terdapat perbedaan yang jelas antara batang tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Tumbuhan Dicotyledoneae
pada umumnya mempunyai batang yang bagian bawahnya lebih besar dank e ujung
semakin mengecil serta dapat mempunyai percabangan atau tidak. Sebaliknya,
batang tumbuhan Monocotyledoneae
umumnya mempunyai ukuran yang relative sama dari pangkal sampai ke ujung
batang.
5.3. Struktur Anatomi Akar
Secara
umum struktur anatomi akar tumbuhan sebagai berikut:
Struktur akar Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae
yang diamati secara melintang
1.
Epidermis terdiri dari 1 lapis sel yang
tersusun rapat. Dinding sel tipis sehingga mudah ditembus air. Memiliki
rambut-rambut akar yang merupakan hasil aktivitas sel dari belakang titik
tumbuh. Rambut-rambut akar berfungsi memperluas bidang penyerapan.
2.
Korteks terdiri dari banyak sel dan tersusun
berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan mempunyai banyak ruang antarsel untuk
pertukaran gas. Jaringan-jaringan yang terdapat pada korteks antara lain
parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
3.
Endodermis terletak di sebelah dalam
korteks. Endodermis berupa 1 lapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang
antarsel. Dinding selnya mengalami penebalan gabus. Deretan sel-sel endodermis
dengan penebalan gabusnya dinamakan pita kapsari. Penebalan gabus ini tidak
dapat ditembus oleh air, sehingga air harus masuk ke silinder pusat melalui sel
endodermis yang dindingnya tidak menebal, yang disebut sel penerus air.
Endodermis merupakan pemisah antara korteks dengan stele.
4.
Stele (silinder pusat) terletak di
sebelah dalam endodermis. Di antara stele terdapat berkas pengangkutan.
Perbedaan
struktur anatomi akar tumbuhan Dicotyledoneae
dan tumbuhan Monocotyledoneae, adalah
sebagai berikut:’
1.
Struktur anatomi akar tumbuhan Dicotyledoneae
Akar tumbuhan Dicotyledoneae tersusun oleh
bermacam-macam jaringan dengan fungsi tertentu.
Penampang melintang akar tanaman Dicotyledoneae
Xilem dan floem
pada tumbuhan Dicotyledoneae tersusun
radial atau mebentuk jari-jari. Xilem berbentuk bintang di pusat dan floem
mengelilingi xilem. Di antara xilem dan floem terdapat kambium. Aktivitas kambium
kea rah luar membentuk unsur kulit dan ke arah dalam membentuk unsur kayu.
2.
Struktur anatomi tumbuhan Monocotyledoneae
Struktur
akar tumbuhan Monocotyledoneae berbeda
dengan akar tumbuhan Dicotyledoneae
sebagai berikut:
a.
Epidermis, korteks, dan perisikel
memiliki struktur, lokasi, dan fungsinya seperti pada akar tanaman Dicotyledoneae.
b.
Xilem dan floem, seperti pada tanaman Dicotyledoneae, tetapi letak keduanya
saling berdekatan karena tidak memiliki kambium.
c.
Empulur, terletak di bagian tengah serta
dikelilingi xilem dan floem yang berselang-seling.
Penampang melintang akar tanaman Monocotyledoneae
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan tentang anatomi daun pada tumbuhan Rhoe
discolor, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1. Daun Rhoe Discolor
Pada
daun Rhoe discolor yang diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x tampak
bentuk epidermis dan stomata. Stomata ini lebih banyak ditemukan pada bagian
bawah daun. Daun Rhoe discolor memiliki bentuk epidermis seperti segi enam tak
beraturan. Sedangkan bentuk stomanya seperti ginjal dan arah membuka sel
penutup sejajar dengan permukaan dalam. Menurut teori bentuk stoma seperti ini
disebut tipe amaryllidaceae, yaitu berbentuk ginjal, dinding perut dan dinding
punggung relatif tipis, dinding luar dan dalam menebal, dan arah membuka sel
penutup sejajar dengan permukaan dalam. Berdasarkan jumlah dan letak sel
tetangga stoma pada daun Rhoe discolor dikelilingi oleh empat sel tetangga yang
tersusun radier. Tipe ini disebut aktinistik/radiate celled. Selain itu,
terdapat pula cairan antosianin yang berwarna ungu.
Sedangkan
pada tulang daun yang merupakan tumbuhan monokotil, dapat ditemukan floem, xilem,
dan bunga karang.
6.2. Batang Bayam dan Batang Jagung
A. Batang Bayam
Batang
bayam ercabang-cabang, pembuluh angkut teratur, punya jari-jari empulur,
mempunyai kambium vaskular sehingga dapat membesar, dapat dibedakan antara
daerah korteks dan empulur, ada kambium di antara xilem dan floem.
B.
Batang Jagung
Pada potongan melintang tanaman jagung terdapat jaringan
epidermis, sklerenkim, parenkim, dan sistem vaskular.
Pada potongan melintang, jaringan epidermis
berbentuk persegi. Sel epidermal mengandung bagian kristal yang memanjang. Di
dalam setelah jaringan epidermis, terdapat jaringan sklerenkim yang tebal.
Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan jaringan klorenkim.
Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang melingkari batang.
Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang. Bagian sistem vaskular yang
terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari
xilem dan floem menyebar di bagian dalam tengah pada batang. Sistem vaskular
yang berada di tengah tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian
periferal (pinggir). Sistem vaskular yang terletak pada bagian tengah batang
tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada bagian tengah batang. Sklerenkim
digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim.
Struktur umum dari bagian luar ke dalam: epidermis
(pada akar muda, jika tua digantikan oleh peridermis beruba jaringan
gabus),kadang dijumpai hypodermis sebagai derivate epidermis,parenkim
korteks,selapis sel endodermis, stele dan berkas pembuluh.
Floem dan xylem pada monokotil terletak tersebar dan
floem berada lingkaran luar dari lingkaran xylem dan perkembangan
pertumbuhannya tidak berkembang hingga ke tengah-tengah lingkaran pusat akar
sehingga pada lingkaran pusat dijumpai parenkim empulur.
6.3. Akar Bayam dan Akar Jagung
A. Akar
Bayam
Epidermis
pada batang bayam yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk memperluas
bidang penyerapan air, dan jaringan korteks pada akar lebih tebal dari korteks
pada batang. Jaringan korteks terdiri dari parenkim penyimpanan dengan rongga
sel yang luas. Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan silinder
kambium, stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah berselang-seling
di sebelah luar lingkaran xilem, namun struktur ini tidak berkembang ke pusat
akar. Pada endodermis terdapat pita kaspari yang membedakan anatomi akar dan
tumbuhan.
B. Akar
jagung
Secara umum batang tersusun atas
epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata, ystem jaringan dasar
berupa korteks dan empulur,dan jaringan pengangkut (xylem dan floem).Untuk
jaringan pengangkut tersusun dalam berkas-berkas dan tersebar di seluruh
permukaan batang.Di antara berkas-berkas pengangkut tersebut dikelilingi oleh
jaringan parenkim. Daerah parenkim kortek banyak ditemukan variasi sel parenkim
baik sebagai parenkim penimbun, sel batu ataupun parenkim kelenjar. Sel dan
kelenjar minyak, sel dan ruang lendir, benda-benda ergastik banyak ditemukan di
daerah kortek ini. Sel sklerenkim (serabut) dan sel sklereida (sel
batu).
Pada penelitian struktur daun, akar,
dan batang pada tumbuhan dikotil dan monokotil dapat saya simpulkan bahwa akar,
batang, dan daun tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil mempunyai struktur
yang berbeda. Selain itu tumbuhan dikotil dan monokotil mempunyai perbedaan
secara fisik.
Perbedaan ciri fisik itu meliputi:
bentuk akar, bentuk sumsum atau pola tulang daun, kaliptrogen atau tudung akar,
jumlah keping biji/katiledon, kandungan akar dan batang, pelindung akar dan
batang lembaga, pertumbuhan akar dan batang.
DAFTAR PUSTAKA
Erna
Cahyaningsih, S.Si, Apt., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Morfologi dan Fisiologi
Tumbuhan. Denpasar, Akademi Farmasi Saraswati denpasar.
Anonym.
Biologi 2A Untuk Kelas XI